Buat kamu yang lagi jualan online, pasti pernah kepikiran:
“Sebenernya mending soft selling apa hard selling sih? Mana yang lebih ngaruh buat naikin penjualan?”
Di tahun 2025 ini, dunia jualan online makin padat. Kompetitor nambah, iklan makin mahal, dan customer makin picky. Jadi, penting banget buat tahu strategi mana yang paling cocok buat kamu.
Nah, biar nggak makin bingung, yuk kita bahas dua gaya jualan ini secara lengkap!
Apa Sih Bedanya Soft Selling dan Hard Selling?
1. Soft Selling
Soft selling itu pendekatannya halus dan persuasif. Bukan langsung nawarin produk, tapi lebih fokus bangun hubungan, kasih edukasi, atau cerita yang relatable.
Biasanya disisipin lewat:
- Storytelling
- Konten edukatif
- Review user
- Inspirasi gaya hidup
Contoh: “Udah waktunya kamu sayangin tubuh sendiri. Mulai dari hal kecil kayak rutin minum minuman herbal yang sehat dan enak!”
Ciri khas soft selling:
- Nggak kelihatan kayak jualan
- Bikin audiens merasa nyambung dan nyaman
- Cocok banget buat konten media sosial dan blog
2. Hard Selling
Hard selling adalah teknik jualan yang langsung to the point. Tujuannya jelas: biar orang cepat beli. Biasanya dipakai saat ada promo, diskon besar, atau target penjualan tertentu.
Contoh: “FLASH SALE! Diskon 70% cuma hari ini! Klik link sekarang sebelum kehabisan!”
Ciri khas hard selling:
- Ada sense of urgency
- Penawaran super jelas
- Call to action kuat (misal: “Beli sekarang”, “Cekout sekarang juga”)
Soft Selling vs Hard Selling di 2025: Mana yang Lebih Efektif?
Jawabannya… keduanya masih efektif, tergantung konteks dan tujuan!
1. Soft Selling Cocok Buat:
- Bangun kepercayaan & hubungan jangka panjang
- Meningkatkan brand awareness
- Edukasi market tentang produk baru atau rumit (contoh: skincare, gadget, kursus online)
- Konten yang lebih organic di Instagram, TikTok, atau blog
2. Hard Selling Efektif Buat:
- Campaign dengan target cepat (seperti flash sale atau peluncuran produk)
- Produk kebutuhan sehari-hari yang nggak butuh banyak pertimbangan
- Iklan berbayar (FB Ads, WA Blast, Google Ads)
- Saat mau push target harian/bulanan
Strategi Paling Cuan? Gabungkan Keduanya!
Di tahun 2025, pelanggan makin cerdas. Mereka bisa cepat ilfeel kalau diserbu hard selling terus, tapi juga bisa cuek kalau cuma dikasih konten soft tanpa ajakan yang jelas.
Jadi solusinya? Gunakan keduanya dengan porsi yang pas.
Contoh strategi campuran:
- Soft selling: Buat konten edukatif di TikTok tentang cara pakai produk
- Hard selling: Di akhir video, tambahkan CTA: “Diskon 30% sampai hari Minggu, klik link di bio ya!”
Atau:
- Soft selling: Post di Instagram tentang kisah customer yang terbantu produkmu
- Hard selling: Di caption, sisipkan promo terbatas dan nomor WA untuk order cepat
Tips Maksimalkan Soft Selling dan Hard Selling
1. Kenali Target Audiens
Siapa yang kamu tuju? Anak muda? Ibu rumah tangga? Pebisnis? Gaya komunikasimu harus menyesuaikan mereka.
2. Pilih Channel yang Tepat
- IG & TikTok: Lebih cocok buat soft selling
- WA Blast, Shopee Feed, Ads: Cocok banget buat hard selling
3. Konsisten Kasih Value
Jualan itu soal trust. Meskipun kamu pakai hard selling, pastikan produkmu punya nilai dan solusi nyata. Jangan cuma kejar closing, tapi abaikan kualitas.
Penutup: Bukan Soal Pilih Salah Satu, Tapi Tahu Cara Mainnya
Di 2025 ini, persaingan makin padat, tapi peluang juga makin besar. Yang penting bukan cuma pilih soft selling atau hard selling, tapi pintar-pintar baca situasi dan gabungkan keduanya dengan strategi yang pas.
Jangan lupa, audiens sekarang lebih suka pendekatan yang personal, relate, dan nggak maksa. Jadi, pastikan kamu kasih konten yang meaningful, lalu dorong dengan CTA yang tepat.
Butuh bantuan biar jualan kamu makin optimal? Yuk ngobrol bareng tim Bakolan!
Kita bantu dari strategi konten, optimasi toko, sampai iklan biar jualan kamu makin cuan!